Sabtu, 21 Maret 2020

Keutamaan Islam dalam Bentuk Sosial

     Islam adalah agama yang sangat menonjol dari segi sosial. Dalam Islam, hampir semua ibadah yang disyariatkan mengandung nilai-nilai sosial. Nilai sosial yang terkandung dalam ibadah bukan hanya dalam ibadah qurban saja, tapi juga dalam ibadah-ibadah lainnya seperti shalat, puasa, zakat, haji, infaq, waqaf. Juga ada berbagai hukuman atas pelanggaran yang dilakukan disebabkan halangan dalam melakukan kewajiban agama dengan hukuman atau pengganti yang mengandung nilai-nilai sosial seperti, fidyah, kafarat dzihar, dan lain-lain. Juga banyak terdapat ayat maupun hadits yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial, moral dan kemanusiaan. 

     Shalat adalah melakukan ibadah ritual dengan waktu-waktu tertentu yang merupakan ibadah yang disebutkan Allah sebagai sarana untuk mengingat Allah. Shalat dilakukan dengan berbaris bershaf-shaf dalam barisan yang lurus. Shalat dilakukan dirumah Allah yang siapapun dapat masuk bagi orang-orang Islam tanpa terkecuali, dengan tanpa memandang kekayaan, posisi dan jabatan masing-masing. Dirumah Allah semua diperlakukan sama, baik pejabat, hartawan, kuli bangunan, tukang sampah, ataupun yang lainnya. Shalat mempunyai makna kebersamaan. Ini terlihat dari pelaksanaan shalat yang dilakukan bersama-sama dengan status yang berbeda-beda dengan berbaris rapi mengikuti gerakan imam. Shalat menghilangkan sekat-sekat status sosial yang disandang masyarakat. Dalam shalat tidak ada lagi presiden, tidak ada lagi panglima, tidak ada lagi menteri, tidak ada lagi konglomerat, tidak ada lagi tukang sampah, tidak ada lagi kuli bangunan, semuanya berbaur menjadi satu, tidak ada lagi sekat, semuanya tunduk patuh bersujud kepada Allah, tidak ada lagi yang satu lebih mulia dari yang lainnya kecuali ketakwaannya. 

     Puasa dapat menumbuhkan nilai-nilai empati dalam diri masyarakat. Dalam puasa, orang-orang kaya dapat merasakan penderitaan orang-orang miskin dalam menghadapi kekurangan-kekurangan dalam hidup mereka. Mereka dapat merasakan bagaimana orang-orang miskin harus menahan lapar disebabkan kekurangan uang untuk membeli makanan sekedar untuk membuat mereka tegak dan bertahan hidup. 

     Bagi yang tidak berpuasa, Rosulullah telah memberikan motivasi yang didalam pelaksanaannya terkandung nilai sosial. Rosulullah bersabda : "Orang yang memberi makan orang yang berpuasa, akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa". Dan hukuman atau pengganti orang yang tidak dapat melaksanakan puasa adalah dengan hal-hal yang mengandung nilai sosial seperti fidyah. 

     Zakat dan infaq mengandung nilai toleransi dan kepedulian atas sesama. Zakat adalah harta yang disisihkan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan agama dan disalurkan kepada orang-orang yang telah ditentukan pula. Infaq adalah harta yang disisihkan tanpa ketentuan baik ketentuan jumlah maupun waktu, dan penyaluran infaq lebih luas dari penyaluran zakat. Dengan zakat dan infaq, kita bukan hanya dapat membantu masyarakat dengan hal yang bersifat konsumtif, seperti untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga, tapi juga bersifat produktif, yaitu membantu mereka untuk mengembangkan usaha. 

     Haji mengandung nilai persamaan dan persaudaraan. Haji merupakan ajang pertemuan ummat Islam seluruh dunia. Di Makkah Al Mukarromah, dimana tempat ibadah haji berlangsung, berkumpullah manusia dari berbagai penjuru dunia dengan berbagai macam bahasa, warna kulit, postur tubuh, dan dengan berbagai macam bentuk wajah. Didalam ibadah haji semua diwajibkan memakai pakaian ihram yang berwarna putih dengan bentuk yang sama. Tidak terkecuali para pejabat, orang-orang kaya yang sanggup untuk membeli pakaian dengan harga yang mahal, semua diperlakukan sama. Ini semua merupakan simbol persamaan dan persaudaraan yang terkandung dalam ibadah haji. Tidak ada agama yang lebih indah daripada Islam, yang bukan hanya memperhatikan nilai-nilai spiritual, tapi juga memperhatikan nilai-nilai sosial. 

     Islam adalah agama yang penuh dengan keseimbangan. Islam tidak hanya memperhatikan kepada nilai spiritual, tidak juga hanya memperhatikan kepada nilai sosial, tapi Islam meliputi keduanya. Keseimbangan ini yang sulit ditemukan dalam agama lain. Ada agama yang hanya memperhatikan nilai spiritual, tapi disisi lain mengabaikan nilai sosial. Ada agama yang memperhatikan nilai sosial, tapi disisi lain mengabaikan nilai spiritual. Bahkan keindahan Islam bukan hanya terdapat dalam dua hal tersebut, tapi Islam meliputi segala sisi kehidupan, baik ekonomi, sosial , politik, seni, budaya, moral, dan sisi-sisi kehidupan lainnya. 

     Islam adalah agama universal yang meliputi segala sisi kehidupan. Memang pada saat ini banyak masyarakat yang memahami Islam hanya sebatas ibadah lahir saja, selain itu tidak. Sehingga orang-orang ini hanya fokus kepada ibadah-ibadah ritual seperti dzikir dan shalat tanpa memperhatikan yang lainnya dan tidak peduli dengan kondisi masyarakat disekelilingnya. Ada juga masyarakat yang memahami Islam dari sisi sosialnya saja. Mereka melihat bahwa Islam mengajarkan kebaikan, Islam mengajarkan tolong menolong, Islam mengajarkan kepedulian atas sesama, Islam mengajarkan untuk saling membantu. Orang-orang ini biasanya peduli dengan hal-hal yang bersifat sosial dan kemanusiaan, mereka aktif membantu masyarakat, menolong orang yang terkena musibah, menolong fakir miskin. Tapi disisi lain, orang-orang yang hanya memahami Islam sebatas konsep sosial saja, seringkali mereka mengabaikan nilai-nilai spiritual. Kita harus memahami Islam secara tepat dan benar menurut apa yang diturunkan Allah kepada Rosulullah serta menjelaskan kepada manusia dengan pemahaman ini karena Islam adalah suatu perkataan yang mempunyai makna luas dan dalam, bukan makna yang sempit seperti persepsi kebanyakan orang. 

     Islam adalah syamil (universal) menyangkut semua persoalan hajat manusia, Islam merupakan jalan keluar untuk segala persoalan hidup manusia. Pada Islam ini, diletakan aturan hukum yang rinci, yang tidak ada persoalan yang luput dari sorotannya, sampai kepada hal-hal yang kecilpun dibahas dalam Islam. Pada saat ini, universalitas Islam seperti yang telah disyariatkan Allah dan Rosulullah, banyak diantara kalangan kaum muslimin telah melupakannya, seperti konsep negara, kebudayaan, sistem ekonomi, undang-undang dan lain-lain. 

     Dilain pihak, orang2 kafir menghembuskan doktrin2 melalui pendidikan terhadap umat Islam yang mau menerima pemikiran-pemikiran mereka serta rela berbuat apa saja seperti yang mereka katakan untuk melepaskan Islam dari makna Islam yang sebenarnya, lalu mereka menyebarkan pemikiran mereka dikalangan umat Islam, yang pada akhirnya maka jadilah generasi Islam sebuah generasi yang tidak tahu menahu tentang hakekat Islam, yang hanya mereka tahu adalah Islam hanyalah ritual ibadah, atau Islam hanyalah konsep sosial. Mereka tidak tahu bahwa Islam adalah konsep negara, Islam adalah undang-undang, Islam adalah sistem ekonomi, Islam adalah seni dan budaya, dan sebagainya. Maka tidak ada pilihan lagi bagi bagi kaum muslimin kecuali membangun universalitas Islam, hal ini disebabkan oleh tiga alasan : 
1. Islam yang disyariatkan Allah tidak datang dengan satu segi saja tanpa bicara segi2 yang lainnya. Islam adalah syamil, mencakup semua persoalan hidup manusia baik individu maupun komunal, sehingga dalam Al-Qur?an tidak ada masalah yang luput dari pembahasan. 
2. Islam menentang sikap parsial terhadap hukum dan pengajarannya, yaitu dengan meninggalkan sebagian dan mengambil sebagian yang lainnya sebagaimana yang telah dilakukan oleh Bani Israil seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur?an; ?Apakah kamu beriman kepada sebagian alkitab (taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain?? (Al-Baqarah ; 58) Rasul diperintahkan Allah untuk; ?Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka, dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang diturunkan Allah kepadamu? (Al-Maidah ; 49).
3. Sesungguhnya kehidupan ini mempunyai berbagai macam permasalahan dan bukan hanya satu masalah. Maka tidak mungkin kehidupan itu dapat diperbaiki jika Islam hanya bicara sebagian-sebagian dan mengesampingkan sebagian sisi kehidupan yang lainnya. 

     Disaat kondisi bangsa yang seperti sekarang ini, kita membutuhkan orang-orang yang memahami Islam secara kaffah, yang menjadikan Islam sebagai solusi bagi segala permasalahan bangsa, karena Islam adalah agama yang sempurna, Islam meliputi segala sisi kehidupan, tidak ada satu sisi kehidupan pun yang terlepas dari Islam. Terakhir, penulis mengajak mari kita aplikasikan ajaran agama kita dalam kehidupan sehari-hari, sehingga slogan negara makmur aman sentosa dibawah ampunan Allah bukan hanya slogan, tapi kenyataan sebagaimana yang pernah terjadi pada zaman Umar Bin Abdul Aziz, dimana negara subur makmur, rakyat sejahtera aman dan sentosa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar