INTONASI
Intonasi adalah naik turun atau tinggi
rendahnya nada dalam pelafalan kalimat. Intonasi lazim dinyatakan dengan angka
(1,2,3,4). Angka 1 melambangkan titi nada paling rendah, sedangkan angka 4
melambangkan titi nada paling tinggi. Penggunaan intonasi menandakan suasana
hati penuturnya. Intonasi juga dapat menandakan ciri-ciri sebuah kalimat.
Kalimat yang diucapkan dengan intonasi akhir menurun biasanya bersifat
pernyataan, sedangkan yang diakhirnya dengan intonasi menaik umumnya berupa
kalimat tanya.
Contoh:
a. Ibu
sudah pulang.
b. Ibu
sudah pulang? Kapan?
Berarti intonasi itu bukan
merupakan suatu gejala tunggal, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam
gejala yaitu tekanan (stress), nada(pitch), durasi (panjang-pendek),
perhentian, dan suara yang meninggi, mendatar, atau merendah pada
akhir arus ujaran tadi. Intonasi dengan semua unsur pembentuknya itu disebut unsur
suprasegmental bahasa. Landasan intonasi adalah rangkaian nada yang
diwarnai oleh tekanan, durasi, perhentian dan suara yang menaik, merata,
merendah pada akhir arus ujaran itu.
Batasan: Intonasi
adalah kerja sama antara nada, tekanan, durasi, dan perhentian-perhentian yang
menyertai suatu tutur, dari awal hingga ke perhentian terakhir.
Karena unsur yang terpenting dari intonasi adalah tekanan, nada, durasi, dan perhentian, maka di bawah ini akan diberikan uraian singkat mengenai
keempat komponen itu.
a.
Pengertian Tekanan
Yang
dimaksud dengan tekanan (stress) adalah suatu jenis unsur suprasegmental
yang ditandai oleh keras-lembutnya arus ujaran. Arus ujaran yang lebih
keras atau lebih lembut ditentukan oleh amplitudo getaran, yang dihasilkan oleh
tenaga yang lebih kuat atau lebih lemah. Bila kita mengucapkan sepatah kata
secara nyaring, misalnya kata / perumahan/, akan terdengar bahwa dalam
arus ujaran itu ada bagian yang lebih keras diucapkan dari bagian yang lain.
Tekanan
dalam bahasa Indonesia
Walaupun
tekanan dalam bahasa Indonesia tidak bersifat distingtif, itu tidak berarti
bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia tidak mengandung tekanan. Seperti dalam
ilustrasi dengan kata /perumahan/, jelas ada tekanan dalam bahasa Indonesia.
Tetapi yang menimbulkan persoalan adalah di mana letak tekanan keras pada
kata-kata bahasa Indonesia? Bangsa Indonesia yang memiliki bermacam-macam
bahasa daerah dan dialek, memiliki pula intonasi yang berbeda ragamnya.
Keanekaan intonasi itu dibawa serta ke dalam bahasa Indonesia, hingga
mempengaruhi pula intonasi bahasa Indoenesia. Dalam pergaulan sehari-hari, kita
menjumpai bermacam-macam orang yang mempergunakan bahasa Indonesia, tetapi
betapa berbeda intonasi yang digunakan oleh seorang Jawa dan seorang Batak,
seorang Minang dan seorang Sunda, Ambon atau Fores. Tetapi katakanlah manakah
dari semua intonasi itu yang benar? Ukuran-ukuran manakah yang dipakai untuk
menetapkan intonasi yang benar? Hingga kini belum ada suatu ketentuan
resmi mengenai hal itu.
Ketentuan-ketentuan
sementara yang ada sekarang dalam beberapa buku tata bahasa didasarkan saja
atas pendapat dan rasa dari beberapa orang tertentu. Yang dibenarkan oleh ilmu
bahasa adalah pertama-tama kita harus mengadakan kodifikasi intonasi dari semua
penutur bahasa Indonesia, atau sekurang-kurangnya beberapa orang yang mewakili
berbagai bahasa daerah dan dialek, baru kemudian dapat ditetapkan kaidah-kaidah
intonasi yang baku bagi bahasa Indonesia. Jika dasar ini tidak diperhatikan,
maka akan tampak bahwa ketentuan yang dibuat itu akan lainnya jalannya dari
kenyataan. Adalah menjadi harapan kita bersama agar dalam waktu yang tidak
terlalu lama, sudah dimulai usaha-usaha ke arah tersebut.
Tekanan
Kalimat
Walaupun
tekanan yang distingtif dalam bidang kata tidak ada dalam bahasa Indonesia,
dalam bidang kalimat tekanan yang distingtif itu ada. Tekanan semacam itu
biasanya disebut emfasis .
Tekanan
tersebut dibuat antara lain jika ada kata atau bagian tertentu dari kalimat
yang dipentingkan, atau dipertentangkan dengan bagian lain.
Tekanan Dinamik (keras lemah)
Ucapkan dialog pada naskah dengan melakukan
penekanan-penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan. Misalnya saya
pada kalimat “Saya membeli pensil ini” perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki
arti yang beda.
Tekanan Nada (tinggi)
Membaca atau mengucapkan dialog dengan suara yang naik turun
dan berubah-ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tentang tinggi
rendahnya suatu kata.
Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat
pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang
kita maksudkan.
b.
Pengertian Nada
Yang
dimaksud dengan nada adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang
ditandai oleh tinggi-rendahnya arus-ujaran.
c.
Pengertian Durasi
Yang
dimaksud dengan durasi adalah suatu jenis unsure suprasegmental yang
ditandai oleh panjang pendeknya waktu yang diperlukan untuk mengucapkan sebuag
segmen.
Dalam
tutur, segmen-segmen dalam kata / tinggi / yaitu / ting / dan / gi
/ masing-masingnya dapat diucapkan dalam waktu yang sama, tetapi dapat
terjadi bahwa seorang pembicara dapat mengucapkan segmen / ting / lebih
lama dari segmen / gi / atau sebaliknya
Durasi
dalam Kalimat
Seperti
yang telah dikatakan di atas, durasi dalam bidang kata tidak terdapat dalam
bahasa Indonesia. Namun dalam bidang kalimat terdapat durasi yang distingtif.
Sebuah segmen dalam sebuah kalimat dapat diucapkan dalam waktu yang relatif
lebih lama dari segmen-segmen lain dalam kalimat, untuk menekan segmen itu.
Misalnya:
/ pakaian yang dipakainya itu maha . .
l sekali /
Atau
apabila seorang lagi berpidato atau berbicara akan mengucapkan bagian tertentu
dari pidatonya, entah berwujud klausa, kalimat, atau rangkaian kalimat-kalimat,
dalam waktu yang lebih lambat dari bagian-bagian lainnya. Dan dalam banyak hal
cara ini sering digunakan. Bagian yang tidak penting diucapkan cepat-cepat,
sementara bagian yang penting diucapkan lambat-lambat.
Kesenyapan
Kesenyapan merupakan suatu
proses yang terjadi selama berlangsungnya suatu tutur atau suatu arus-ujaran,
yang memutuskan arus-ujaran yang tengah berlangsung .
Oleh karena itu kesenyapan selalu berada dalam bidang tutur, minimal dalam
bidang kalimat.
Ada kesenyapan yang bersifat
sementara atau berlangsung sesaat saja, yang menunjukkan bahwa tutur itu masih
akan dilanjutkan. Ada pula perhentian yang sifatnya lebih lama, yang biasanya
diikuti oleh suara yang menurun yang menyatakan bahwa tutur atau bagiab dari
tutur itu telah mencapai kebulatan.
Kesenyapan jenis pertama disebut kesenyapan
antara atau kesenyapan non-final atau jeda . Kesenyapan
ini biasanya dilambangkan dengan tanda koma (,). Sedangkan kesenyapan
yang kedua disebut kesenyapan akhir atau kesenyapan final .
Kesenyapan ini biasanya dilambangkan dengan tanda titik (.) atau titik
koma (;) bila suaranya merendah, dan akan dilambangkan dengan tanda
tanya (?) jika intonasi merendah, dan kan dilambangkan dengan tanda
seru (!) jika intonasinya lebih keras kedengaran dengan suara yang
menurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar