

Cerita Pendek
1.
Pengertian
Cerita Pendek (Cerpen)
Cerita pendek atau
sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan
langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang,
seperti novel. Karena singkatnya, cerita-cerita
pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara
lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam
berbagai jenis.
Cerita pendek
berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan
singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur.
2. Unsur
dan Ciri Khas Cerpen
Cerita pendek cenderung kurang kompleks
dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada
satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang
terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Ciri khas dari sebuah cerita pendek
berbeda-beda menurut pengarangnya. Cerpen mempunyai 2 unsur yaitu:
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik
adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen
mencakup:
·
Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan
sumber cerita.
·
Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat
dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi
dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.
·
Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang
membentuk sebuah cerita.
Alur dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Alur
maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu
kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.
2. Alur
mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan
waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback).
3. Alur
campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.
Alur meliputi beberapa tahap:
1. Pengantar:
bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal
cerita.
2. Penampilan
masalah: bagian yang menceritakan masalah yang dihadapi pelaku cerita.
3. Puncak
ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik
telah memuncak.
4. Ketegangan
menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan
kekhawatiran mulai hilang.
5. Penyelesaian
/ resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
·
Perwatakan
Menggambarkan watak atau karakter
seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:
1. Dialog
tokoh
2. Penjelasan
tokoh
3. Penggambaran
fisik tokoh
·
Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan
pengarang melalui cerita.
Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik
adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik
meliputi:
·
Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
·
Latar belakang kehidupan pengarang
·
Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan
3. Ukuran
Sebuah definisi klasik dari cerita pendek
ialah bahwa ia harus dapat dibaca dalam waktu sekali duduk (hal ini terutama
sekali diajukan dalam esai Edgar Allan Poe "The Philosophy of Composition" pada 1846). Definisi-definisi
lainnya menyebutkan batas panjang fiksi dari jumlah kata-katanya, yaitu 7.500
kata. Dalam penggunaan kontemporer, istilah cerita pendek umumnya merujuk
kepada karya fiksi yang panjangnya tidak lebih dari 20.000 kata dan tidak
kurang dari 1.000 kata.
Cerita yang pendeknya kurang dari 1.000
kata tergolong pada genre fiksi kilat (flash fiction). Fiksi yang melampuai batas maksimum
parameter cerita pendek digolongkan ke dalam novelette, novella, atau novel.
Gendre
Cerita pendek pada umumnya adalah suatu
bentuk karangan fiksi, dan yang paling banyak diterbitkan adalah fiksi seperti fiksi ilmiah,fiksi horor, fiksi detektif, dan lain-lain. Cerita pendek kini juga
mencakup bentuk nonfiksi seperti catatan
perjalanan, prosa
lirik dan
varian-varian pasca
modern serta non-fiksi
seperti fikto-kritis atau jurnalisme
baru.
Semut dan Belalang

Pada siang
hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras
sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran
gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang
yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan
sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.
"Apa!"
teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan
menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja
yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"
"Saya
tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang;
"Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun
telah berlalu."
Semut tersebut kemudian
mengangkat bahunya karena merasa gusar.
"Membuat
lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah
lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu
menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan
pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.
Amanat (Pesan) : Ada
saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar